Tentang Obyek Wisata Alam, Kelestarian dan Eksploitasi

Saat ini, arah pengeluaran uang manusia pada dekade ini mengalami perubahan. Zaman dahulu orang dengan bangganya memiliki handphone yang bergonta-ganti. Setiap ada seri baru orang amat bernafsu untuk membeli. Bahkan bisa jadi dirumah memiliki hp lebih dari 2, hanya untuk memenuhi hasrat up to date dengan perkembangan teknologi. Sama halnya dengan kendaraan baik motor maupun mobil.

Namun saat ini, banyak orang lebih memilih mengeluarkan uang untuk hal lain, yaitu kesenangan dan pengalaman. Berbondong-bondong kaum muda berburu kuliner dan mengunjungi tempat-tempat makan yang cozy, banyak anak-anak muda maupun orang yang sudah berumur berjuang untuk bisa datang ke tempat wisata yang lagi hitz. Baik itu di dalam negeri bahkan hingga memburu keluar negeri pun tak masalah.

Hal itulah yang kemudian membuat banyak tempat yang dulunya perawan, kini berubah menjadi obyek wisata. Tempat yang dahulunya eksklusif hanya bisa didatangi oleh para petualang sejati, menjadi ruang publik yang bahkan nenek-nenek dan kakek-kakek pun dengan mudah bisa mengunjunginya. Karena amat mudahnya akses menuju kesana.

Obyek wisata alam

Secara naluriah manusia suka terhadap keindahan yang datang dari alam secara langsung. Hal tersebut juga merupakan salah satu perwujudan dari adanya naluri untuk mensucikan sesuatu. Saat manusia takjub dengan alam, biasanya akan mengaitkan dengan Pencipta alam raya. Menjadikan manusia semakin kerdil dihadapanNya.

Obyek Wisata Alam Gunung Rinjani Lombok, sumber ig yaannoux
Obyek Wisata Alam Gunung Rinjani Lombok, sumber ig @yaannoux

Tak hanya itu, obyek wisata alam juga memiliki daya tarik karena amat susah dibuat tiruannya oleh manusia. Saat ini misalkan, hampir bisa kita katakan mustahil bagi manusia untuk menciptakan yang semisal dengan Gunung Rinjani di Lombok NTB. Maka berbondong-bondong orang ingin menikmati langsung indahnya obyek wisata alam yang ada, baik itu berupa pantai, air terjun, danau, gunung dan sebagainya.

Kelestarian & Eksploitasi

Apa yang kemudian terjadi dengan adanya potensi ketertarikan manusia akan obyek wisata alam yang ada? Ya, kemudian berbondong-bondong manusia membuka banyak obyek wisata alam secara umum. Semua dilakukan untuk mengeruk pundi-pundi uang yang bisa digunakan oleh manusia membahagiakan dirinya, karena konsep kebahagiaan yang salah, yaitu semata-mata memandang bahwa bahagia itu saat bisa terpenuhi materi dalam dirinya. Akibatnya banyak tempat yang perawan kini hilang kemolekannya oleh tangan jahil manusia.

Jika sampai pada taraf merusak, kami menyebut bahwa telah terjadi eksploitasi alam oleh manusia. Namun jika adanya obyek wisata alam didukung dengan pengelolaan yang baik, sehingga bisa lestari sembari memberikan manfaat bagi banyak manusia, kami menyebut bahwa hal seperti itu seperti prinsip menjadi rahmat bagi semesta alam. Maka dari itu, perlu usaha serius dan terus menerus dalam menjaga obyek wisata alam yang ada. Baik di Lombok maupun di banyak tempat yang lain.

Apakah semua tempat yang menarik perlu dijadikan obyek wisata alam? Kami rasa tidak, sangat penting untuk membiarkan bagian-bagian yang ada dimuka bumi ini tetap perawan seperti apa adanya. Agar bisa menjadi cadangan manakala tangan jahil manusia tak bisa dihentikan dalam melakukan kerusakan dimuka bumi ini. Jadi, mari manfaatkan alam dengan bijak, jauhi eksploitasi berlebihan. Salam lestari.

Leave a Reply